JAKARTA, – Ketua Umum Kadin Indonesia, Anindya Bakrie mengatakan, China berpotensi menjadi mitra strategis Indonesia di bidang energi terbarukan, mineral kritis, dan digitalisasi. China dapat terus meningkatkan investasinya di Indonesia pada bidang-bidang tersebut.
“Kunjungan kenegaraan pertama Presiden Prabowo Subianto ke China menegaskan potensi kolaborasi strategis ini,” kata Anindya Bakrie saat diwawancarai reporter CGTN, Huang Fei di sela-sela acara APEC CEO Summit 2024 di Lima, Peru, Kamis (14/11/2024).
Menurut Anindya Bakrie, Indonesia sedang menggenjot investasi di sektor energi terbarukan, digitalisasi, dan mineral kritis (critical minerals). Untuk itu, Indonesia berupaya menjalin kolaborasi dengan negara-negara yang tergabung dalam Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (Asia-Pacific Economic Cooperation/APEC).
“China dan Indonesia dapat bekerja sama tidak hanya untuk kedua negara, tetapi juga untuk dunia,” ujar dia.
Anindya menegaskan, dengan produk domestik bruto (PDB) terbesar di Asia Tenggara, Indonesia tidak hanya kaya sumber daya alam, namun juga memiliki kekuatan di sektor tenaga kerja. Selain itu, Indonesia merupakan pasar konsumen yang terus berkembang.
Upaya Indonesia untuk berkolaborasi dengan China, menurut Anindya Bakrie, ditunjukkan saat Presiden Prabowo Subianto berkunjung ke Beijing dan bertemu Presiden China, Xi Jinping. “Kedua pemimpin berbicara tentang bagaimana dunia harus bekerja sama di tengah cuaca yang tidak menentu ini,” tutur dia.
Anindya menambahkan, Asia Pasifik adalah kawasan yang dihuni lebih dari separuh penduduk dunia. Namun, kesetaraan masih menjadi isu di kawasan ini.“Kita tidak bisa hanya berbicara tentang beberapa kelompok orang yang berkembang dengan baik, kita perlu kesetaraan,” tegas dia.
Indonesia dan China, kata Anindya Bakrie, dapat bekerja sama dengan sangat baik di bidang energi terbarukan. China bisa berkontribusi dalam transisi energi hijau Indonesia yang membutuhkan dana besar, teknologi, dan keahlian.
“Teknologi energi terbarukan China sangat maju, baik energi surya, angin, hidro, maupun nuklir,” ucap dia.
Mengenai pengolahan mineral kritis, Anindya mengemukakan, China dapat terus meningkatkan kolaborasi dengan Indonesia, salah satunya di bidang pengolahan nikel. “Dengan teknologi smelter China, nikel dapat diolah menjadi produk yang lebih bernilai tambah,” ujar dia.
Perihal digitalisasi, Anindya Bakrie mengemukakan, China dapat menjadi mitra kunci di bidang ini. “Kerja sama ini membawa banyak manfaat untuk semua pihak,” tutur dia.
Anindya mengatakan, perdagangan antara Indonesia dan China juga perlu terus ditingkatkan. “Perdagangan Indonesia dengan China masih memiliki jalan panjang. Jadi, kerja sama ekonomi ini masih berpotensi besar untuk ditingkatkan,” papar dia.