JAKARTA,– Ketua Umum Kadin Indonesia, Anindya Novyan Bakrie mendukung usulan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) agar pabrikan otomotif yang menjalankan program link and match dengan industri kecil dan menengah (IKM) mendapat insentif fiskal tambahan.
Industri otomotif memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Selain menyerap banyak tenaga kerja, meningkatkan penerimaan negara, dan menghemat devisa, industri otomotif turut mencegah deindustrialisasi, memperkuat rantai pasok (supply chain), dan mendorong IKM naik kelas.
Insentif fiskal tambahan untuk industri otomotif juga akan menjadikan Indonesia lebih kompetitif sebagai negara tujuan investasi. Apalagi Vietnam baru saja menurunkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 10% ke level 8% untuk menggerakkan ekonominya.
“Ya, Kadin tentu mendukung insentif fiskal bagi industri otomotif sebagaimana diungkapkan Pak Wamen (Wakil Menteri Perindustrian, Faisol Riza),” kata Anindya Bakrie kepada pers usai acara Link & Match yang digelar Kementerian Perindustrian (Kemenperin) di Jakarta, Selasa (10/12/2024).
Hadir dalam acara yang digelar atas kerja sama Kemenperin dan PT Astra International Tbk itu antara lain Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza, Dirjen Industri Kecil, Menengah dan Aneka Kementerian Perindustrian (IKMA) Reni Yanita, Chief of Corporate Affairs Astra Riza Deliansyah dan sejumlah manajemen Astra Group lainnya, pimpinan Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) Rahmad Samulo, serta pimpinan IKM binaan Astra melalui YDBA.
Hadir pula Wakil Ketua Umum (WKU) Bidang Kemitraan Luar Negeri Kadin Indonesia Emmanuel Lestarto Wanandi, WKU Bidang Perindustrian Kadin Indonesia/mantan Menperin Saleh Husin, Ketua Komite Tetap (Kakomtap) IKMA Kadin Indonesia Rama Datau, Wakakomtap IKMA Kadin Indonesia Rama Datau, Wakakomtap IKM Kimia Kadin Indonesia Eric Indra Kurniawan, Wakakomtap IKM Makanan Kadin Indonesia Cucup Ruhiyat, Wakakomtap IKM Kerajinan Kadin Indonesia Rika Amelia, serta Wakakomtap Pengembangan Industri Persepatuan Kadin Indonesia David Chalik.
Wamenperin, Faisol Riza dalam acara itu menyatakan, Kemenperin mendorong pemberian insentif bagi industri besar atau pabrikan di sektor komponen otomotif yang menggandeng IKM untuk masuk rantai pasok nasional.
“Perusahaan yang sudah menjalankan link and match ini sebaiknya dibantu juga untuk bisa mendapatkan tambahan insentif,” ujar Faisol Riza.
Kendati demikian, Wamenperin belum bersedia menjelaskan jenis insentif yang akan didorong. Dia hanya mengatakan, usulan tersebut akan disampaikan kepada Kementerian Keuangan (Kemenkeu).
“Mungkin bisa diusulkan kepada Kemenkeu, barangkali apa saja yang bisa kita minta, supaya insentif ini diberikan kepada perusahaan-perusahaan yang konsisten melakukan link and match,” ujar dia.
Menurut Ketum Kadin Anindya Bakrie, kebijakan pemerintah memberikan insentif bagi industri yang mencapai tingkat komponen dalam negeri (TKDN) pada level tertentu patut diapresiasi. Namun, jika Kemenkeu memberikan insentif fiskal tambahan untuk mendongkrak industri otomotif, keputusan itu akan sangat membantu. “Sebab, dampaknya bagi industri dan perekonomian akan sangat besar,” tutur dia.
Anindya Bakrie juga mengapresiasi Astra yang sudah menjadi lokomotif bagi IKM di bidang industri otomotif. Kerja sama link and match Astra dengan IKM otomtif bahkan sudah sampai ke tier 2 hingga tier 3.
“Contoh ini perlu diperbanyak. Sebagai wadah dunia usaha, Kadin melihat ini sebagai solusi yang baik, bukan hanya membuka akses pasar, tapi juga memperkuat teknologi. Kadin ini kan bukan saja membantu dari sisi usulan dan kebijakan, tapi juga punya jaringan sampai kepada provinsi, ada 38 provinsi. Jadi hal-hal seperti ini sangat, kami sambut baik,” tegas dia.
Tantangan Rantai Pasok
Wamenperin, Faisol Riza mengatakan, Vietnam baru saja menurunkan PPN dari 10% ke level 8% untuk menggerakkan ekonominya. Penurunan tarif pajak itu juga ditujukan untuk menarik investasi asing.
Menurut Faisol Riza, industri otomotif nasional sedang menghadapi tantangan rantai pasok yang dipengaruhi situasi ekonomi global yang tidak menentu.
Itu sebabnya, kata Faisol, pihaknya memahami jika Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menurunkan target penjualan kendaraan roda empat tahun ini di kisaran 850 ribu unit dari 1 juta unit.
“Tetapi rencananya target ini tahun depan akan dikembalikan menjadi 1 juta, bahkan lebih. Semoga bisa tercapai,” tandas Faisol.
Wamenperin mengingatkan, di tengah sejumlah tantangan, pasti ada kesempatan dan peluang yang bisa dimanfaatkan oleh para pelaku industri Tanah Air, khususnya di industri otomotif.
Salah satu peluang itu, kata Faisol, adalah kecenderungan relokasi sejumlah perusahaan multinasional dari China ke negara-negara lain, menyusul terpilihnya Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat (AS).
Trump dalam kebijakannya diprediksi bakal memberlakukan tarif impor tinggi terhadap barang dari negara-negara yang menikmati surplus perdagangan dengan AS, seperti China.
“Artinya, ini peluang bagi kita untuk menarik pabrik-pabrik yang relokasi itu ke sini, di antaranya melalui insentif-insentif fiskal. Ini namanya perlombaan siapa cepat dia dapat. Siapa cepat menyediakan insentif, menyediakan sweetener, industri akan masuk. Vietnam sudah menurunkan PPN 8%, pasti karena ada yang ingin ditangkap,” papar dia.
Pemerintah berencana menaikkan PPN dari 11% menjadi 12% per 1 Januari 2025. PPN akan diterapkan secara selektif, di antaranya terhadap barang-barang mewah, seperti mobil mewah, apartemen mewah, dan rumah mewah.
Kadin Ajak Industri
Ketum Kadin Anindya Bakrie menjelaskan, Kadin mengajak para pelaku industri memanfaatkan pertemuan bisnis atau link and match untuk meningkatkan industri komponen otomotif.
“Jumlah agen pemegang merek (APM) tier 1 ada 28 dan 57 IKM, dengan transaksi hampir Rp 130 miliar per tahun,” tutur dia.
Acara link and match industri otomotif tersebut menghasilkan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) secara simbolis antara 28 APM tier 1 dengan 57 IKM. Program link and match pada November 2022 juga menghasilkan MoU antara 16 APM tier 1 dan 32 IKM dengan potensi omzet senilai Rp 115 miliar.
Anindya mengungkapkan, link and match IKM di sektor komponen otomotif dengan industri besar dapat menangkal terjadinya deindustrialisasi.
Bahkan, menurut Anindya, tak hanya isu deindustrialisasi yang bisa ditangkal. Temu bisnis IKM dengan industri besar di sektor otomotif juga dapat memperluas peluang pasar.
“Ternyata dengan cara seperti ini, suatu grup yang besar seperti Astra dan yayasannya, bukan saja terus melakukan industrialisasi, tapi juga memperkuat supply chain-nya,” ucap Anindya.
Selain itu, kata Anindya Bakrie, pertemuan antara APM tier 1 dan IKM dapat menjawab berbagai tantangan di industri otomotif saat ini. “Saya rasa ini solusi lokomotif yang cantik, yang bisa menjawab tantangan, bukan saja membuka akses pasar, tapi dari sisi teknologi juga bisa terus diperbarui,” ujar dia.
Anindya mengemukakan, perhelatan yang dimotori PT Astra International Tbk dan Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) itu juga memperlihatkan bagaimana APM tier 1 dan 2 membina para IKM yang menjadi mitranya.
“Nah, Kadin sebagai wadah dunia usaha yang di bawahnya ada BUMN, swasta, dan koperasi ingin sekali memperluas contoh yang sudah diberikan ini semua,” tutur dia.