JAKARTA,– Ketua Umum Kadin Indonesia, Anindya Bakrie mengatakan, bangsa Indonesia harus optimistis karena memiliki sejumlah kekuatan dan keunggulan yang tak dimiliki negara-negara lain, termasuk negara-negara maju dan negara besar, seperti Amerika Serikat (AS), China, dan negara-negara Eropa.
Karena kekuatannya itu pula, menurut Anindya Bakrie, Indonesia berhasil lulus dari berbagai ujian, mulai krisis moneter, krisis finansial global, hingga krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19.
Anindya mengungkapkan, dibanding raksasa ekonomi China sekalipun, Indonesia punya keunggulan. “Mereka sangat besar, adikuasa. Tapi mereka juga tidak punya demokrasi seperti kita punya,” kata Anindya Bakrie dalam acara Kadin Economic Diplomacy (KED) Breakfastdi Hotel Aryaduta Tugu Tani, Jakarta, Jumat (13/12/2024).
Anindya menjelaskan, dengan sistem pemerintahan komunis saat ini, China bisa membuat keputusan cepat. “Tapi kan dalam jangka panjang kita belum tahu. Paling tidak, mungkin lebih happy kalau orang bisa memilih pemimpinnya sendiri secara langsung seperti di Indonesia,” tutur dia.
Anindya mengakui, dengan hegemoni ekonomi dan politiknya di panggung dunia, AS adalah negara super power. “Federal Reserve (Bank Sentral AS) bisa nyetak dolar kapan saja. Tapi ekonomi AS tak selalu mulus,” tandas dia.
Ketum Kadin Anindya juga menilai ada jurang perbedaan politik yang lebar antara Republikan (sebutan untuk pengikut Partai Republik) dan orang-orang Demokrat (sebutan bagi pengikut Partai Demokrat) di AS.
“Perbedaan antara Republikan dan Demokrat sangat kencang. Walaupun saya juga mesti mengakui, dengan terpilihnya Donald Trump sebagai presiden, Amerika dan dolar akan kuat. Dengan melihat perbedaan pilihan politik itu, paling tidak, kita bisa lihat posisi Indonesia ada di mana,” kata dia.
Alasan Optimistis
Anindya pun mencontohkan negara-negara Amerika Latin, seperti Peru dan Brasil. “Latin America itu kontinen yang besar sekali. Tapi negara di situ, peace dan stability diuji. Jadi, kedamaian dan stabilitas terus diuji,” ujar dia.
Anindya Bakrie kemudian membandingkan Indonesia dengan negara-negara Eropa. Jika rakyat Indonesia sedang menikmati bonus demogragfi, di mana populasi usia muda lebih dominan, maka masyarakat Eropa sudah masuk era populasi yang menua (aging population).
“Kalau Eropa, mohon maaf, memang umurnya sudah pada tua, etos kerjanya juga beda dengan di Asia. Ya mau tidak mau, negaranya akan mendekati sosialisme,” ujar dia.
Dengan demikian, menurut Anindya Bakrie, bangsa Indonesia patut bersyukur karena memiliki berbagai kekuatan dan keunggulan yang tak dimiliki negara-negara lain, termasuk negara-negara maju dan negara-negara besar lainnya.
“Indonesia punya alasan untuk optimistis. Ini pula yang ditekankan Presiden Prabowo di KTT G20. Beliau optimistis, bicara mengenai makro, geopolitik, bioekonomi,” tegas dia.
Anindya Bakrie menyatakan, yang ditekankan Presiden Prabowo di berbagai forum internasional adalah hal-hal yang berkaitan dengan hajat hidup rakyat Indonesia.
“Yang beliau tekankan terus adalah bagaimana mengatasi kemiskinan dan kelaparan. Jadi, semua hal yang sedang dilakukan pemerintahan sekarang, termasuk menjalin relasi di luar negeri, ujung-ujungnya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia,” papar dia.