JAKARTA,– Ketua Umum Kadin Indonesia, Anindya Bakrie mengajak semua pihak menjadikan acara Malam Renungan Natal Kadin Indonesia sebagai momentum bagi kedamaian dan cinta kasih.
Anindya menyampaikan pesan penuh makna itu saat berpidato dalam acara Malam Renungan Natal Kadin Indonesia yang digelar di Hotel Aryaduta, Jakarta, Senin (16/12/2024) malam.
“Demi kemajuan dan kesejahteraan, saya berterima kasih juga diundang ke acara malam ini karena saya merasakan dukungan, kebersamaan, kehikmatan. Inilah esensi Kadin Indonesia,” ujar Anin.
Anindya mengungkapkan, momen Natal adalah kesempatan untuk bersyukur atas segala pencapaian dan berbagi doa untuk sesama, terutama bagi mereka yang membutuhkan.
“Pada malam hari ini, saya juga merasakan kedamaian dan cinta kasih sesuai dengan spirit dan makna Natal tersebut,” tutur dia.
Anindya memanjatkan doa supaya di pengujung 2024 yang tinggal beberapa hari lagi, semua dapat berkumpul bersama keluarga masing-masing untuk mensyukuri hal-hal yang telah dimiliki.
“Juga supaya saudara-saudara kita yang mungkin kurang beruntung, di masa depan hidupnya bisa lebih baik. Mudah-mudahan Tuhan memberkati kita semua,” ujar dia.
Sekadar Rutinitas
Sementara itu, Wakil Ketua Umum (WKU) Koordinator Bidang Luar Negeri Kadin Indonesia, James T Riady mengatakan, banyak perayaan Natal yang sekadar dilaksanakan sebagai rutinitas semata dan tidak ada hubungannya dengan peringatan kelahiran Tuhan Yesus.
“Perayaan Natal tidak mendekatkan manusia dengan Yesus, menjadikan Dia pusat kehidupan, melainkan justru menjauhkan manusia dari Tuhan. Makna Natal tidak dihayati dengan baik, sehingga dari tahun ke tahun Natal tidak mengubah spritualnya. Padahal, setiap kali merayakan Natal, mestinya kita semakin baik secara spiritual,” kata James.
Menurut James Riady, menjadi baik secara spiritual adalah menjadikan Yesus sebagai pusat kehidupan. Setiap kali merayakan Natal hendaknya membuat seseorang mencapai puncak kehidupan spiritual yang lebih tinggi.
James menggarisbawahi pentingnya renungan di setiap Natal dan menjadikan momen tersebut sebagai suatu puncak spiritual yang lebih tinggi dalam kehidupan.
“Apakah tahun lalu Natalnya lebih bermakna secara spiritual daripada tahun sebelumnya? Dan apakah tahun ini akan lebih bermakna daripada tahun lalu? Dan kita perlu sadar dan waspada bahwa jiwa dari dunia ini, spirit of the world, itu sarat makna Natal yang sesungguhnya,” papar dia.
James Riady juga mengkritisi pencapaian umat manusia dalam pengembangan perekonomian, yang kemajuannya telah berhasil dinikmati dalam kurun waktu pertumbuhan selama 100 tahun terakhir. Dalam periode itu, dunia usaha ikut menikmati peningkatan kekayaan yang kerap dirayakan dalam momen pertemuan tingkat tinggi dunia.
Dia menambahkan, kemajuan ekonomi disertai sejumlah pencapaian lain umat manusia berupa peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk di bidang kesehatan.
Di tengah segala pencapaian umat manusia tersebut, menurut James Riady, manusia harus jujur pada dirinya sendiri dan bersedia melihat sisi lain dari kemajuan-kemajuan yang dicapainya.
“Kita jujur dengan diri kita sendiri, kita melihat sisi lain dari mata uang yang sama, kita bisa melihat begitu banyak masalah. Bahwa dunia dan hidup kita sekaligus itu menghadapi begitu banyak masalah. Kita lihat peperangan di Ukraina, Israel dengan negara-negara Arab di sekelilingnya. Kita melihat terorisme. Ketegangan antarbangsa. Kebencian,” papar dia.
Karena itu, kata co-founder Yayasan Pendidikan Pelita Harapan (YPPH) itu, umat Kristen harus kembali kepada kitab suci, karena hanya kitab cuci yang mampu memberikan jawaban.
“Akar dari semua masalah dunia adalah nature dosa. Lalu jika demikian, bagaimana solusinya? Hanya kitab suci yang memberikan jawaban. Kalau masalahnya itu adalah nature dosa manusia, masalah itu ada di dalam kita, bukan di luar kita. Penyelesaiannya harus dari dalam ke luar, bukan dari luar ke dalam,” tegas dia.