Uni Eropa (UE) ingin meningkatkan investasi di berbagai sektor di Indonesia, mulai sektor kesehatan, logistik, teknologi hijau, pasar karbon, hingga pengembangan teknologi digital dan pendidikan vokasi. Untuk mewujudkan minatnya, UE menggandeng Kadin Indonesia.
“Dengan populasi 285 juta jiwa, Indonesia merupakan pasar yang sangat besar dan potensial,” ujar Wakil Ketua Umum (WKU) Bidang Hubungan Luar Negeri Kadin Indonesia, Bernardino M Vega usai menggelar audiensi dengan Chairman EU-ASEAN Business Council, Jens Ruebbert di Menara Kadin, Jakarta, Jumat (7/2/2025).
Bernardino menuturkan, di sektor kesehatan, UE berminat membangun pabrik farmasi dan rumah sakit (RS), serta mengembangkan teknologi medis. “Mereka ingin meningkatkan investasi dengan membangun pabrik farmasi dan RS. Mereka juga ingin mengembangkan teknologi kesehatan yang lebih canggih,” kata Dino, panggilan akrab Bernardino.

Menurut Dino, selain akan menyerap tenaga kerja dan meningkatkan penerimaan negara, investasi UE di sektor kesehatan diharapkan mampu mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor obat-obatan serta meningkatkan akses layanan kesehatan bagi masyarakat.
UE, kata Dino, juga melihat potensi yang besar dalam pengembangan logistik dan transportasi, terutama angkutan kargo dan penumpang. Dengan semakin berkembangnya industri pariwisata, Kadin mendorong maskapai penerbangan UE membuka rute baru ke destinasi wisata Indonesia di luar Bali, seperti Labuan Bajo, Lombok, dan Manado.
Dino menjelaskan, UE pun menyatakan komitmennya mendukung inisiatif Net Zero Emission (NZE) 2050 untuk negara-negara maju dan NZE 2060 bagi negara-negara berkembang.
Karena itu, menurut Dino, UE siap berkolaborasi dengan Kadin Indonesia dalam pengembangan teknologi ramah lingkungan (teknologi hijau) dan perdagangan karbon.
Itu merupakan langkah penting mencapai target pengurangan emisi sebesar 31,89% pada 2030 sebagaimana tercantum dalam komitmen Indonesia terhadap Perjanjian Paris (Paris Agreement).

“Kadin Indonesia menawarkan kerja sama dengan UE di bidang teknologi dan pasar, khususnya bagi pengembangan pasar karbon di Indonesia,” ucap Dino.
Kunjungan tersebut, menurut Dino, menunjukkan bahwa UE melihat Indonesia sebagai mitra strategis berbagai sektor industri. “Dengan adanya pembicaraan ini, kerja sama ekonomi UE dengan Indonesia diharapkan semakin erat dan memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia,” papar Dino.
Teknologi Digital dan Vokasi
Sementara itu, Chairman EU-ASEAN Business Council, Jens Ruebbert mengungkapkan, tak hanya tertarik berinvestasi di sektor kesehatan, logistik, teknologi hijau, dan pasar karbon, UE juga berminat dalam pengembangan teknologi digital dan pendidikan vokasi di Indonesia.
“UE siap membantu transformasi digital di Indonesia, khususnya di sektor pendidikan,” tutur Ruebbert.
UE, menurut Ruebbert, ingin menjalin kerja sama lebih erat di bidang pendidikan vokasi (vocational training) untuk meningkatkan daya saing tenaga kerja Indonesia.

Berdasarkan laporan Bank Dunia, sekitar 58% tenaga kerja Indonesia belum memiliki keterampilan yang sesuai kebutuhan industri modern. Itu sebabnya, UE ingin mengadopsi program pelatihan keterampilan yang telah sukses diterapkan negara-negara Eropa ke Indonesia.
“Kami ingin membantu meningkatkan mutu pendidikan vokasi di Indonesia agar tenaga kerja di sini lebih siap menghadapi tantangan industri global,” tegas dia.
Ruebbert menambahkan, negosiasi mengenai Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) antara UE dan Indonesia menjadi salah satu agenda utama dalam diskusi tersebut.
“Jika CEPA tercapai, arus investasi dan perdagangan UE ke Indonesia, atau sebaliknya, akan semakin mudah, termasuk di sektor teknologi dan pendidikan,” tutur dia.
Jens Ruebbert mengemukakan, dengan dukungan UE dalam digitalisasi dan pendidikan vokasi, Indonesia berpotensi menjadi pusat teknologi dan pengembangan keterampilan di Asia Tenggara.
“Program ini membuka lebih banyak lapangan pekerjaan dan meningkatkan daya saing sumber daya manusia Indonesia di kancah global,” tegas dia.