Ketua Umum Kadin Indonesia, Anindya Novyan Bakrie merespons positif opsi pelonggaran aturan pembelian kembali (buyback) saham emiten di pasar tanpa rapat umum pemegang saham (RUPS) yang sedang dikaji otoritas pasar modal.
Anindya Bakrie menjelaskan, buyback saham dapat meningkatkan sentimen positif di pasar saham domestik yang tengah diterpa bearish. Namun buyback saham sering kehilangan momentum karena harus menunggu persetujuan RUPS yang notabene membutuhkan waktu.
Jika buyback saham dapat dilaksanakan tanpa menunggu persetujuan RUPS, menurut Anindya, emiten bisa mendapatkan momentum di pasar, sehingga pelaksanaan buyback akan lebih efektif. “Melalui buyback, sentimen pasar bisa terbantu,” ujar Anindya Bakrie usai Dialog Bersama Pelaku Pasar Modal di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (3/3/2025).
Dari kiri ke kanan, Ketua Umum Kadin Indonesia, Anindya Bakrie, Deputi Komisioner Pengawas Pengelolaan Investasi Pasar Modal dan Lembaga Efek Otoritas Jasa Keuangan (OJK) I.B. Aditya Jayaantara, dan Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi saat memberikan keterangan dalam Dialog Bersama Pelaku Pasar Modal dengan tema “Soliditas dan Sinergi Pemangku Kepentingan Pasar Modal” yang digelar Bursa Efek Indonesia (BEI) di Main Hall BEI, Jakarta, Senin (3/3/2025). Foto: Ist
Acara yang digelar BEI dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tersebut dihadiri sejumlah konglomerat, chief executive officer (CEO), pengusaha, dan para pelaku pasar modal. Pertemuan ini dihelat untuk membahas anjloknya IHSG dalam dua pekan terakhir sejalan dengan masifnya aksi jual oleh investor asing.
Salah satu pemicu utama keluarnya dana asing dalam jumlah besar dari bursa domestik yaitu penurunan peringkat Indonesia oleh MSCI dari equalweight menjadi underweight. Pemicu lainnya yaitu ketidakpastian ekonomi global akibat perang tarif yang dikobarkan Presiden AS, Donald Trump.
Setelah diskusi tersebut, indeks harga saham gabungan (IHSG) di BEI pada perdagangan Senin (3/3/2025) mengalami rebound. Indeks melonjak 3,97% atau 249,06 poin ke level 6.519,66.
Anindya Bakrie berharap OJK dan BEI segera mengimplementasikan opsi buyback saham tanpa menunggu persetujuan RUPS.
Pelonggaran aturan buyback saham tanpa menunggu persetujuan RUPS emiten pernah diterapkan otoritas bursa dan otoritas pasar modal saat krisis finansial global tahun 2008, krisis pasar keuangan 2013, dan krisis akibat pandemi Covid-19 pada 2020.
“Mudah-mudahan kebijakan ini juga bisa membawa banyak manfaat untuk retail investor,” tutur Ketum Kadin yang juga Chief Executive Officer (CEO) PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) tersebut.

Anindya Bakrie sendiri akan berdiskusi dengan para direksi BNBR untuk mengkaji emiten di bawah kelompok usaha tersebut yang bakal melakukan buyback saham, sambil menunggu peraturan baru OJK.
“Pada momen seperti ini banyak perusahaan di Indonesia, termasuk di grup kami, yang sahamnya sangat prospektif dan layak beli,” tegas dia.
Anin berharap buyback saham akan kembali mendorong kepercayaan investor, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, termasuk investor reksa dana. “Selain meningkatkan sentimen positif di pasar, buyback tentunya juga akan memperkuat sisi treasury stock emiten terkait,” ucap dia.
Pertimbangkan Situasi Pasar
Sementara itu, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon (PMDK) OJK, Inarno Djajadi mengungkapkan, otoritas pasar modal sedang mengkaji opsi agar para emiten di BEI dapat melakukan buy back saham tanpa menunggu RUPS terlebih dahulu.
Opsi tersebut, menurut Inarno, muncul sebagai respons terhadap tekanan yang dialami IHSG dalam beberapa waktu terakhir. “Terdapat opsi kebijakan yang sedang kami kaji, yaitu buyback saham tanpa RUPS dengan tetap memperhatikan dan mempertimbangkan situasi dan kondisi yang terjadi nantinya,” ujar dia.

Inarno Djajadi mengatakan, rencana tersebut merupakan antisipasi OJK untuk mencegah hal-hal buruk ke depan. “Kami akan montor terus pergerakan di pasar. Sejauh ini kami melihat kondisi pasar masih wajar,” tutur dia.
Selain mengkaji opsi buyback saham, kata Inarno, OJK memutuskan untuk menunda penerapan transaksi short selling di bursa. Sedianya, transaksi short selling diterapkan pada Maret ini atau paling lambat pada kuartal II-2025. ”Short selling ditunda untuk meminimalisasi risiko yang terjadi di pasar saat ini,” ucap dia.
Di sisi lain, Direktur Utama BEI, Iman Rachman menyatakan, tekanan terhadap IHSG belakangan ini lebih disebabkan persepsi investor, terutama dari global akibat perang dagang yang dipicu kebijakan tarif Donald Trump. Sebab, kinerja fundamental para emiten di BEI umumnya masih kuat, meski meleset dari proyeksi sejumlah analis.
“Persepsinya ya bisa itu tadi, Trump adalah deal maker. Kalau deal selesai, pasar bisa upside lagi. Investor tidak perlu panik, ini hanya temporer. Valuasi saham di bursa kita sedang murah, ini bisa menjadi momentum untuk membeli saham,” papar Iman.

Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik menambahkan, opsi buyback tanpa RUPS merupakan salah satu masukan dari para pelaku pasar.
“Kalau itu memang dibutuhkan oleh para stakeholders untuk menjaga kepercayaan pasar, tentu akan kami kaji. Tadi OJK juga menyampaikan akan melakukan kajian sesegera mungkin. Kajian lengkap tentang buyback saham tanpa RUPS ada di OJK,” papar dia.
Jeffrey berharap kebijakan itu bakal meningkatkan kepercayaan para investor, baik ritel maupun institusi. “Kalau memang ada program buybackm tentu diharapkan harga sahamnya naik karena ada penambahan demand di pasar,” tandas Jeffrey.
Time to Buy Saham
Menanggapi hal itu, Direktur Utama PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO), Garibaldi Thohir alias Boy Thohir mengemukakan, saat ini kondisi saham-saham blue chip di BEI secara valuasi sudah murah.
“Kami siap (buyback) dan rasanya para pengusaha yang lain juga siap. Secara fundamental kan sebetulnya emiten-emiten di BEI umumnya bagus. Dengan harga sekarang, berarti valuasinya sudah murah,” kata Boy.

Apalagi, menurut Boy Thohir, pelemahan pasar saham domestik saat ini lebih banyak dipengaruhi faktor eksternal. Dengan demikian, sekarang merupakan kesempatan bagi pelaku pasar untuk memiliki saham emiten-emiten berkinerja bagus.
“Ini waktu yang bagus, terutama bagi para investor di dalam negeri. It’s time to buy,” tutur Boy.
Hal senada diungkapkan bos Sinar Mas Group, Franky O Widjaja bahwa saat ini merupakan momentum yang tepat untuk melakukan aksi beli (time to buy) saham di tengah bearish yang terjadi di lantai bursa domestik.
“Emiten-emiten di pasar modal Indonesia saat ini memiliki fundamental yang bagus. It’s time to buy, fundamental is good,” ujar Franky.
Franky menjelaskan, pelemahan pasar saham dalam negeri dewasa ini lebih banyak dipengaruhi faktor eksternal. “Kita improve semua masukan ini supaya masyarakat kita ini lebih mengerti soal investasi saham,” ujar dia.