JAKARTA,– Ketua Umum Kadin Indonesia, Anindya Bakrie mengungkapkan, investor di berbagai negara menilai positif prospek ekonomi Indonesia. Penilaian itu disampaikan mereka saat Presiden Prabowo melakukan kunjungan kenegaraan ke sejumlah negara, baru-baru ini.
“Kami dari Kadin Indonesia ikut kunjungan Presiden Prabowo ke China, Amerika, Peru, Brazil, dan Inggris. Para investor di sana memberikan penilaian positif terhadap ekonomi Indonesia,” kata Anindya Bakrie pada acara Market Outlook 2025 yang digelar PT Mirae Asset Sekuritas di Hotel Mulia, Jakarta, Kamis (5/12/2024).
Anindya Bakrie mengungkapkan, Presiden Prabowo Subianto memiliki kemampuan komunikasi yang sangat baik, sehingga mampu menumbuhkan kepercayaan internasional. Salah satu buktinya, perusahaan migas skala global asal Inggris, British Petroleum, berkenan menanamkan investasi sebesar US$ 7,2 miliar pada proyek transisi energi di Indonesia.
“Di UK (United Kingdom/Inggris) itu ada penandatanganan perjanjian yang menarik, yaitu mengenai Energy Transition Project oleh British Petroleum senilai US$ 7,2 miliar. Jadi, dunia percaya kepada Indonesia,” ujar dia.
Anindya menyampaikan kekagumannya pada kemampuan komunikasi Presiden Prabowo di hadapan para pemimpin dan pelaku usaha dunia. “Dari luar negeri, karena kemampuan komunikasi Pak Prabowo yang luar biasa dalam konteks internasional, mayarakat dunia menaruh kepercayaan tinggi terhadap Indonesia,” tutur dia.
Anindya mencontohkan, di tengah situasi geopolitik dunia yang diwarnai perang, China justru menyatakan bakal tetap menjaga hubungan baiknya dengan Indonesia. Begitu pun AS yang akan menjalin perjanjian ekonomi secara bilateral, kendati kedua negara belum diikat perjanjian perdagangan bebas (free trade agreement/FTA).
Lawatan Presiden Prabowo Subianto ke Inggris berhasil membawa komitmen investasi senilai US$ 8,5 miliar atau Rp 134,3 triliun setelah ia bertemu sejumlah pemimpin perusahaan di negara tersebut. Hal itu menunjukkan optimisme tinggi para pelaku usaha Inggris terhadap ekonomi Indonesia.
Sumber Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Anindya Bakrie, Indonesia memiliki peluang besar untuk meraih pertumbuhan ekonomi 8% seperti ditargetkan Presiden Prabowo Subianto dalam jangka panjang.
“Ekonomi Indonesia punya banyak peluang untuk tumbuh tinggi. Tantangan pasti ada, karena masalah geopolitik dan geoekonomi. Tapi ekonomi Indonesia selama ini mampu bertahan menghadapi setiap tantangan,” tegas dia.
Program-program unggulan yang disiapkan pemerintahan Prabowo, kata Anindya Bakrie, dapat menjadi sumber-sumber baru pertumbuhan ekonomi nasional. Program tersebut di antaranya makan bergizi gratis, pembangunan 3 juta unit rumah per tahun, hilirisasi, swasembada pengan, dan swasembada energi.
“Itu semua bisa menjadi sumber-sumber baru pertumbuhan ekonomi dan menjadi kekuatan tersendiri bagi Indonesia. Dengan demikian, ekonomi kita dapat tumbuh secara inklusif dan berkelanjutan,” tegas dia.
Untuk mewujudkan hal tersebut, menurut Anindya, diperlukan kolaborasi dan sinergi yang kuat antara dunia usaha, termasuk para pelaku pasar modal, dengan pemerintah dan masyarakat.
Anindya menuturkan, perekonomian global dalam 1-2 tahun ke depan masih akan berombak (tidak stabil). “Dalam waktu 1 tahun atau 1,5 tahun ke depan akan choppy, sebab kalau kita lihat, AS is very very attractive,” ucap dia.
Anindya Bakrie mengemukakan, kondisi geopolitik yang tengah diwarnai perang di beberapa negara, khususnya Timur Tengah, membuat mata uang dolar AS dipandang sebagai safe haven.
Belum lagi kembali terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS. Kebijakan proteksionisme Trump bakal meningkatkan kepercayaan publik investor di dunia pada kekuatan dolar AS.
“Jadi akan choppy. Tapi the good thing is, fundamentally I think we are strong. And strong fundamentals only look stronger, during turbulence,” kata Anindya.
Menurut Ketum Kadin Anindya, ketidakstabilan ekonomi global tidak akan berpengaruh signifikan terhadap ekonomi Indonesia. Soalnya, Indonesia memiliki fundamental ekonomi yang kokoh, di antaranya inflasi yang terjaga rendah dan pertumbuhan ekonomi yang stabil di kisaran 5%.
“Surplus perdagangan pun masih memiliki kecenderungan meningkat. Walaupun masih banyak dari komoditas, seperti palm oil, coal, tapi sudah mulai dengan hilirisasi, mislanya memproduksi stainless steel. Nah, yang penting nih fiscal strength, karena rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) masih sangat sehat,” papar dia.
Rasio utang per akhir Oktober 2024 mencapai 38,66% terhadap PDB, jauh di bawah batas aman 60% PDB sesuai UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Anindya juga memuji kebijakan pemerintahan Prabowo yang selain ingin memberikan keadilan kepada masyarakat agar benar-benar sejahtera.
“Di sisi lain ada pergeseran strategi untuk membangun soft infrastructure, seperti program makan bergizi gratis sebagai investasi untuk masa depan lewat terbentuknya SDM yang sehat dan andal,” ujar Anindya.
Kerja Sama Mirae-Kadin
Sementara itu, PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia (Mirae Asset) menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ketua Umum Kadin Indonesia, Anindya Bakrie yang berperan dalam menjalin kemitraan strategis antara pengusaha dan pelaku pasar modal.
“Kami berharap kepada Pak Anin sebagai Ketua Umum Kadin yang baru, bisa meningkatkan kolaborasi antara Kadin Indonesia dan Mirae Asset. Kalau dari saya mungkin bisa mengembangkan research–research seperti itu. Looking forward to work together with you Pak, with Kadin Indonesia,” kata Head of Research/Chief Economist PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Rully Arya Wisnubroto.
Dalam kesempatan yang sama, Anindya menegaskan, Kadin Indonesia harus mampu memberikan manfaat bagi dunia usaha, baik di Jakarta maupun di daerah, salah satunya lewat kerja sama dengan pelaku pasar modal.
“Yang kedua, Kadin adalah strategic partner pemerintah di bidang ekonomi. Jadi, hubungan Kadin dengan pemerintah mesti baik, saling mengisi,” tutur dia.