Kadin Indonesia siap membantu pemerintah memperkuat hubungan bilateral bidang ekonomi dengan Turkiye. Pertemuan Presiden Prabowo Subianto dengan Presiden Recep Tayyip Erdogan pekan depan akan menjadi babak baru kemitraan strategis kedua negara.
Menurut Ketua Umum Kadin Indonesia, Anindya Novyan Bakrie, potensi kerja sama antara Indonesia dan Turki sangat besar, mengingat kedua negara merupakan anggota G20 dan pemimpin negara-negara Global South. Apalagi Indonesia dan Turkiye memiliki ikatan sangat kuat yang telah terjalin selama 75 tahun.
Presiden Turkiye, Recep Tayyip Erdogan akan melakukan kunjungan kenegaraan ke Indonesia dan bertemu Presiden Prabowo Subianto di Jakarta pada Rabu (12/2/2025) pekan depan.

“Kami melihat banyak sekali kerja sama yang bisa dilakukan di berbagai sektor strategis, seperti manufaktur, kesehatan, energi, dan pertahanan. Hubungan antara Indonesia dan Turkiye luar biasa, potensi kerja sama ke depan juga luar biasa,” kata Anindya.
Anindya Bakrie mengungkapkan hal itu dalam pertemuan bersama Duta Besar (Dubes) Indonesia untuk Turkiye, Achmad Rizal Purnama dan Board Member Karpowership/Dewan Hubungan Ekonomi Luar Negeri Turkiye (DEIK), Dogan Karadinez di Jakarta, Sabtu (8/2/2025).
Sementara itu, Dubes Indonesia untuk Turkiye, Achmad Rizal Purnama menjelaskan, kunjungan Presiden Erdogan akan menjadi momentum penting untuk memperkuat kerja sama ekonomi dan geopolitik kedua negara.
Dubes Rizal juga menyerahkan pin peringatan 75 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Turki kepada Anin sebagai simbol eratnya hubungan kedua negara.

“Ini adalah momen penting karena kita juga harus melihat ke depan, bagaimana hubungan Indonesia dan Turkiye pada 2050,” tegas Rizal.
Dia menambahkan, Indonesia pada 20250 diprediksi menjadi ekonomi terbesar ke-4 di dunia, sedangkan Turkiye berada di peringkat ke-10. Hal ini menjadikan kedua negara sebagai pemain utama dalam ekonomi global, yang perlu dipersiapkan melalui kerja sama strategis lebih erat mulai sekarang.
Salah satu fokus utama hubungan ekonomi Indonesia-Turkiye adalah penguatan investasi dan perdagangan di sektor industri pertahanan. Sektor energi terbarukan juga masuk agenda utama, mengingat kedua negara memiliki target mencapai Net Zero Emission (NZE) pada 2050.
Di sektor manufaktur dan kesehatan, Turkiye dikenal memiliki industri farmasi yang maju, sehingga ada peluang investasi dalam produksi obat dan alat kesehatan di Indonesia. Ini akan memperkuat ketahanan industri medis dalam negeri serta mengurangi ketergantungan impor.

Dubes Rizal menekankan, kolaborasi RI-Turkiye tidak hanya menguntungkan kedua negara, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia dan Turkiye sebagai pemimpin ekonomi di Global South, memperkuat stabilitas kawasan, serta membuka peluang baru bagi pelaku usaha dan industri di kedua negara.
Babak Baru RI-Turkiye
Menurut Dubes Achmad Rizal Purnama, pertemuan Presiden Prabowo Subianto dengan Presiden Turkiye, Recep Tayyip Erdogan pada Rabu (12/2/2025) mendatang akan menjadi babak baru kemitraan strategis kedua negara yang telah terjalin selama 75 tahun.
“Pertemuan itu tidak hanya bertujuan memperkuat kerja sama bilateral kedua negara, tetapi juga berdampak positif bagi dunia, bagi tatanan dunia yang lebih baik,” tutur dia.
Rizal mengajak semua pihak mendoakan agar pertemuan tersebut berlangsung sukses dan membawa manfaat bagi rakyat kedua negara. “Makanya tagline peringatan 75 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Turkiye adalah Partnership for the People, Partnership for the New World,” tutur dia.

Rizal menambahkan, kemitraan ekonomi menjadi pilar utama dalam hubungan ini, dengan dukungan Kadin Indonesia dan Dewan Hubungan Ekonomi Luar Negeri Turkiye (DEIK).
Board Member Karpowership/DEIK, Dogan Karadinez juga menyampaikan optimismenya terhadap pertemuan ini. “Dukungan dari Kadin sangat besar dalam memperkuat perjumpaan bisnis antara perusahaan-perusahaan Turkiye dan Indonesia. Saya yakin kedua negara memiliki peran penting dalam memimpin ekonomi dunia ke depan,” papar dia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Perdagangan (Kemendag), total nilai perdagangan RI-Türkiye pada Januari-Desember 2024 mencapai US$ 2,39 miliar. Dari jumlah itu, Indonesia mencatatkan neraca perdagangan positif alias surplus senilai US$ 1,47 miliar.